SERANG – Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (Kemendes PDTT), Yandri Susanto, mendorong mahasiswa untuk memanfaatkan potensi desa dalam menciptakan lapangan kerja baru.
“Kami telah menjalin kerja sama dengan Universitas Sultan Ageng Tirtayasa (Untirta) dalam pemberdayaan dan pendampingan program-program Kemendes PDTT yang diselaraskan dengan pengabdian kampus,” ujar Yandri saat menghadiri acara di Kampus Untirta, Serang, Banten, Minggu.
Ia menjelaskan bahwa desa kini bisa menjadi tempat untuk berkontribusi sekaligus sumber penghasilan yang berpotensi lebih besar dibandingkan bekerja di perkotaan.
Yandri mengimbau mahasiswa dan lulusan perguruan tinggi untuk tidak hanya berfokus pada melamar pekerjaan, tetapi juga menciptakan peluang usaha dengan mengembangkan potensi yang ada di desa.
“Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) itu penting, tetapi yang lebih penting adalah setelah lulus, kita bisa memilih ladang pengabdian. Jangan hanya mencari pekerjaan, tetapi cobalah membuka lapangan kerja, apalagi desa memiliki Badan Usaha Milik Desa (BUMDes),” katanya.
Lebih lanjut, ia menekankan bahwa desa dapat dikembangkan menjadi desa wisata, seperti agrowisata, yang mendukung program makan bergizi gratis yang diinisiasi oleh Presiden Prabowo Subianto. Program ini membutuhkan pasokan bahan pangan dalam jumlah besar.
Menurut Yandri, implementasi pemberdayaan desa dapat dilakukan melalui program Kuliah Kerja Nyata (KKN). Setelah lulus, mahasiswa juga dapat bekerja sama dengan pihak ketiga untuk melanjutkan pengembangan potensi desa.
“Modal bukanlah hal utama, yang penting adalah kemauan, kemampuan, dan keberanian untuk terjun ke desa. Jangan ragu, malu, atau minder,” tegasnya.
Ia menyoroti bahwa Indonesia memiliki lebih dari 75 ribu desa dengan 73 persen penduduk tinggal di wilayah pedesaan. Hal ini menjadi peluang besar untuk terus memajukan desa.
“Saya mengajak para wisudawan untuk kembali ke desa. Jangan sampai Indonesia mengalami fenomena seperti Jepang, di mana urbanisasi berlebihan menyebabkan desa menjadi sepi, sementara kota semakin padat dan menimbulkan berbagai masalah sosial,” pungkas Yandri.