AMBON – Sekitar 468 perangkat desa di Maluku merasa diabaikan setelah mengikuti pelatihan peningkatan kapasitas yang diselenggarakan oleh Direktorat Jenderal Bina Pemerintahan Desa, Kementerian Dalam Negeri, pada Jumat, 20 September 2024.
Masalah timbul karena biaya perjalanan yang awalnya ditanggung sendiri oleh para peserta dijanjikan akan diganti setelah kegiatan, namun hingga pelatihan selesai, janji tersebut belum ditepati.
Elvira Parinussa, sebagai narahubung pelaksana kegiatan, menegaskan bahwa masalah pengembalian biaya perjalanan bukan tanggung jawab pihaknya, melainkan wewenang Event Organizer (EO) yang ditunjuk oleh kementerian. “Terkait penggantian biaya perjalanan, itu bukan ranah kami, melainkan tugas EO dari pusat. Saya hanya narahubung pelatihan, bukan untuk urusan transportasi,” ujarnya melalui sambungan telepon.
Dilaporkan, pelatihan yang diadakan selama tiga hari, mulai 17 hingga 20 September 2024, di Kota Ambon, mengundang perangkat desa dari berbagai wilayah Maluku, termasuk aparatur desa dan pengurus kelembagaan desa. Para peserta diharuskan membiayai perjalanan mereka sendiri dengan janji penggantian dari panitia setelah kegiatan berakhir.
Namun, setelah kegiatan selesai, banyak peserta yang merasa diabaikan dan masih bertahan di hotel tempat acara berlangsung. Mereka menunggu panitia yang dijanjikan akan mengganti biaya transportasi yang mencapai Rp 3 juta per orang. Beberapa peserta bahkan harus menambah biaya penginapan dan transportasi tambahan, seperti yang diungkapkan oleh Uria Meikudy, Ketua BPD Tounwawan, Kecamatan Moa, Kabupaten Maluku Barat Daya.
“Kami menggunakan uang pribadi untuk transportasi, ada yang menggunakan kapal dan pesawat. Janjinya akan diganti Rp3 juta, tapi itu belum cukup untuk menutupi biaya pesawat dan penginapan kami. Sekarang, saatnya untuk checkout dari hotel, tapi kami belum menerima informasi apa pun,” ungkap Meikudy kepada wartawan.
Pantauan di lokasi menunjukkan puluhan perangkat desa masih berada di hotel, dengan barang-barang seperti ransel dan koper memenuhi lobi, karena masa inap mereka telah habis. Mereka hanya bisa menunggu sambil berharap panitia segera menyelesaikan masalah ini dengan membayar biaya perjalanan mereka.