Sering Kali Dikira Dari Luar Jawa, Ternyata Begini Asal Mula Dan Sejarah Nama Kolopaking

Soemitro Kolopaking, Bupati Banjarnegara Tiga Jaman (foto ISTIMEWA)

Jika kita mendengar nama Kolopaking sering kali beranggapan nama yang dianggap berasal dari luar Jawa. Seperti dengan nama-nama tokoh-tokoh terkenal seperti Penyanyi Novia Kolopaking, Anita Kolopaking, Soemitro Kolopaking, dan lainnya yang membawa nama ini.

Namun siapa sangka, sebenarnya nama Kolopaking berasal dari daerah Jawa, tepatnya di Kebumen, Jawa Tengah. Bahkan, terdapat sebuah hotel mewah di sana yang bernama Grand Kolopaking.

Di wilayah ini, Kolopaking adalah sebuah trah yang pertama kali muncul pada era Kerajaan Mataram Islam. Nama “Kolopaking” sendiri berasal dari kata “kelapa” yang berarti buah kelapa, dan “aking” yang berarti kering.

Bagaimana sejarah trah Kolopaking ini dimulai? Berikut adalah penjelasannya yang dirangkum dari beberapa sumber.

Pada masa ketika Keraton Pleret dikuasai oleh pemberontak Trunojoyo, Amangkurat I melarikan diri dengan tujuan mencari bantuan VOC ke Batavia. Dalam perjalanan, ia terluka dan jatuh sakit. Ketika sampai di wilayah Panjer (sekarang Kebumen) saat malam hari, ia tidak mampu melanjutkan perjalanannya. Ia kemudian singgah di rumah Kertawangsa atau Ki Panjer III, penguasa daerah tersebut.

Pada saat itu, Kertawangsa berniat memberikan air kelapa muda kepada tamunya. Namun, karena gelap dan hujan turun, ia secara tidak sengaja memberikan air kelapa tua (kelapa aking). Ternyata, hal ini membantu Amangkurat I pulih. Sebagai ungkapan terima kasih, Amangkurat I mengangkat Kertawangsa sebagai tumenggung wilayah tersebut dengan gelar Kanjeng Raden Adipati Tumenggung Kelapa Aking. Sejak saat itu, nama Kolopaking digunakan untuk keturunan Kertawangsa.

Seiring berjalannya waktu, banyak tokoh berasal dari trah Kolopaking, salah satunya Soemitro Kolopaking. Ia dikenal sebagai Bupati Banjarnegara yang menjabat selama tiga periode: zaman kolonial Belanda, pendudukan Jepang, dan masa Republik Indonesia. Sebelum menjadi Bupati Banjarnegara, Soemitro Kolopaking sempat berkeliling dunia sebagai “mahasiswa bebas”. Ia pernah bekerja sebagai buruh tambang batu bara di Ruhr, Jerman, bekerja di pabrik gergaji di Latvia, dan berkuliah di Leiden, Belanda. Sebelum kembali ke Indonesia, ia singgah di Albania dan Mesir untuk mengikuti kuliah.

Selain Soemitro Kolopaking, ada juga Novia Kolopaking, seorang penyanyi Indonesia yang dikenal pada era sekarang. Selain bernyanyi, istri dari budayawan Emha Ainun Najib ini juga pernah tampil di beberapa serial televisi seperti Keluarga Cemara dan Siti Nurbaya.

Di daerah perbukitan Desa Kalijirek, Kebumen, terdapat makam Tumenggung Kolopaking. Gerbang makam ini dapat dicapai setelah menapaki sekitar 11 anak tangga. Di sana, ada sebuah bangunan besar dengan beberapa makam di luar bangunannya, salah satunya bertuliskan “Rd. Ng. Mangoenatmojo” yang wafat pada 10 Oktober 1928, dan “Rd. Ayu. Mangoenatmojo” yang meninggal pada 31 Juli 1932. Ada juga makam tunggal dengan nisan berhuruf Arab dan Jawa.

Di lokasi pemakaman ini, Tumenggung Kolopaking I dan Tumenggung Kolopaking IV dimakamkan. Kondisi makam tersebut terawat dengan baik karena ada seorang kuncen yang ditugaskan khusus untuk merawat tempat tersebut.

About admin

Check Also

Kabar Baik Untuk Aparatur Desa, Pemkab Bulukumba Resmi Naikan Besaran Siltap

Makassar – Dalam suasana penuh antusiasme di Hotel Novotel, Sabtu (16/11/2024), Pemerintah Kabupaten Bulukumba mengumumkan …

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *