Arak-arakan Kebo Bule Malam 1 Suro, Ternyata Ini Asal Dan Filosofi Kerbau Penjaga Pusaka Kyai Slamet

Setiap tahun, Keraton Kasunanan Surakarta memperingati malam 1 Suro dengan cara yang sangat khas, yaitu dengan kirab pusaka yang dikenal dengan arak-arakan malam. Salah satu elemen paling menarik dari tradisi ini adalah kehadiran Kebo Bule, yang bukan hanya sekedar kerbau biasa tetapi dianggap sebagai salah satu pusaka keraton.

Kebo Bule: Lebih dari Sekedar Kerbau

Kebo Bule memiliki keunikan yang membedakannya dari kerbau lain. Warna kulitnya yang putih kemerahan menjadikannya sangat berbeda dari kerbau yang biasanya berwarna gelap. Oleh masyarakat sekitar Solo, Kebo Bule ini dikenal dengan nama Kyai Slamet. Menurut Heri Sulistyo, yang merupakan pawang Kebo Bule, kerbau dengan karakteristik ini hanya bisa ditemukan di Keraton Surakarta, dengan tanduk panjang yang juga tidak umum dimiliki oleh kerbau pada umumnya.

Sejarah dan Asal-Usul Kebo Bule

Keberadaan Kebo Bule di Keraton Kasunanan Surakarta tidak bisa dipisahkan dari sejarah panjangnya. Kerbau ini, yang juga dikenal sebagai Kyai Slamet, adalah hadiah dari Kyai Hasan Besari Tegalsari kepada Pakubuwono II. Hadiah ini diberikan setelah Pakubuwono II berhasil merebut kembali Keraton Kartasura dari pemberontak dan memindahkan pusat kerajaan ke Desa Sala pada tahun 1745. Bersama Kebo Bule, diberikan pula sebuah tombak pusaka yang juga dinamai Kyai Slamet. Inilah alasan mengapa kerbau ini sering kali dikaitkan dengan pusaka tersebut.

Peran Bersejarah Kebo Bule

Kebo Bule memainkan peran penting dalam sejarah Keraton Surakarta. Pada masa pemerintahan Pakubuwono X, pusaka tombak Kyai Slamet sering dibawa berkeliling di sekitar tembok Baluwarti setiap hari Selasa dan Jumat Kliwon. Kebo Bule selalu berjalan mengikuti di belakang pusaka tersebut. Hingga saat ini, keturunan Kebo Bule dari Kyai Slamet tetap berperan dalam tradisi kirab malam 1 Suro.

Persiapan Kebo Bule untuk Kirab

Sebelum ikut serta dalam kirab malam 1 Suro, Kebo Bule harus menjalani persiapan khusus. Kerbau ini dipastikan dalam keadaan sehat dan dilatih untuk terbiasa dengan keramaian. Sebagai bagian dari ritual, Kebo Bule dimandikan dan dijamasi serta diberikan sesajen. Tim khusus, seperti Tim Semut Hitam yang menyediakan makanan dan Tim Semut Putih yang membawa pecut, mengawal Kebo Bule selama kirab. Pada malam kirab, Kebo Bule mengenakan kalung dari rangkaian bunga melati dan mendapat jamuan khusus berupa ubi, air putih, dan kopi.

Makna Filosofis Kebo Bule

Keberadaan Kebo Bule dalam tradisi kirab Keraton Kasunanan Surakarta tidak hanya bersifat simbolis tetapi juga penuh dengan makna. Kerbau ini melambangkan rakyat kecil dan memiliki kaitan erat dengan kehidupan para petani. Dikatakan juga bahwa Kebo Bule memiliki kemampuan untuk mengusir roh jahat dan melindungi dari niatan buruk. Selain itu, kerbau yang sering dianggap hewan bodoh menjadi pengingat bagi manusia untuk terus belajar dan tidak bertindak bodoh.

Kebo Bule dan Keyakinan Masyarakat

Banyak masyarakat yang meyakini bahwa Kebo Bule membawa berkah. Selama kirab, orang-orang berusaha untuk menyentuh Kebo Bule dan bahkan mengambil sisa makanan atau minuman yang telah dikonsumsi oleh kerbau ini dengan keyakinan bahwa hal tersebut bisa memberikan berkah seperti keselamatan, panjang umur, dan kesuburan tanah.

Dengan begitu banyak makna dan sejarah yang terkandung, tidak heran jika kirab malam 1 Suro dan Kebo Bule terus menjadi bagian yang sangat dihormati dan dilestarikan di Keraton Kasunanan Surakarta.

About admin

Check Also

Komisi A DPRD Pati Dalami Aduan Kejanggalan Seleksi Perangkat Desa 2024

PATI – Komisi A DPRD Kabupaten Pati menyatakan akan terus mendalami laporan terkait dugaan kejanggalan …

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *